Cara Belajar Fisika dengan Mudah
Masih basah dalam ingatanku (oh, puitisnya.. hiks2… ) pertama kali menikmati tempe goreng di flores. Seumur hidup belum pernah makan tempe, tiba-tiba disodorkan makanan asing… kebetulan waktu itu tinggal di asrama sekolah (masih SMA), jadi urusan kampung tengah ditangani oleh karyawan/I asrama. Tempe tersebut hanya digoreng saja… kata orang bijak, kesan pertama itu menentukan. Setelah menikmati tempe yang hanya digoreng saja (tanpa bumbu penyedap), tempe langsung masuk dalam kategori makanan yang diblack list. He2… setelah datang di yogya, seorang teman mengajak makan malam. Ngajak makan nasi tempe penyet… enak lho bro, katanya… emang di flores ada tempe gak ? enak apanya… maklum, waktu itu saja tidak terlalu menyukai tempe. Setelah menikmati tempe malam itu, kesan saya berubah. Ternyata tempe enak juga ya… Tempe sama, tapi rasanya beda ya… ketika dimasak karyawan/I asrama, tempe terasa hambar. Ketika dimasak oleh orang ibu pemilik warung sebelah kos2an, tempe terasa lezat… ternyata perbedaannya terletak pada bumbu penyedap dan cara mengolah tempe tersebut… kisah ini punya kemiripan dengan ilmu fisika… jadi sebenarnya persoalan utamanya terletak pada cara kita mengolah, memberikan bumbu penyedap secukupnya dan bagaimana cara kita menyajikannya kepada para siswa… dari dulu sampai sekarang, hukum newton tidak pernah berubah, demikian juga impuls dan momentum dan kawan-kawan… tapi kalau impuls dan momentum cuma “digoreng” saja, siswa bisa langsung memblack list pelajaran fisika. He2… sebagai seorang guru, setiap pokok bahasan fisika perlu diberi bumbu penyedap dan disajikan dengan penuh kasih sayang sehingga siswa langsung jatuh cinta dan selalu merindukan kelezatan ilmu fisika
Cara asyik yang gurumuda pakai dalam menyajikan ilmu fisika di blog ini sebenarnya merupakan cara alami… berikut ini beberapa tips yang gurumuda pakai :
Kesan pertama itu menentukan….
Teman-teman di jurusan psikologi mengatakan kesan pertama itu menentukan… seseorang langsung menyukai kita atau bisa membenci kita pada detik pertama pada pandangan pertama…. Kalau kita tersenyum, kemungkinan besar orang tersebut tersenyum kepada kita, tapi kalau kita tampak cuek bebek dan menatap penuh kebencian, bisa dipastikan orang tersebut langsung mempunyai kesan yang negative dengan kita… ilmu ini bisa kita terapkan dalam pembelajaran fisika. Alangkah baiknya jika kita mengawali pembelajaran fisika, baik secara langsung (di kelas) maupun secara tidak langsung (melalui tulisan, seperti yang gurumuda lakukan) dengan hal-hal yang menyenangkan… jangan belum apa-apa sudah dikasih rumus, latihan soal… siswa bisa langsung lemas tak berdaya… wah, rumus lagi, rumus lagi… CaPeDe… he2… mungkin mereka tampak serius mendengarkan kita, tapi dalam hati mereka mungkin jengkel dan bete… ih, sebel banget deh sama gurunya… gak ngerti banget sama perasaan muridnya. Hiks2…
Pancing rasa penasaran dan ingin tahu…
Masuk kandang kambing mengembik,
masuk kandang singa jangan berkokok…
Bagian ini sebenarnya berkaitan dengan bahasa kita gunakan. Bagi teman-teman guru yang masih bocah, tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa gaulnya para siswa… perbedaan usia belum terlalu jauh sehingga bisa terapkan teknik ini… nanti bisa diberi gelar guru gaul abiz oleh para siswa… he2… btw, tergantung juga kharakter seseorang. Kalau kocak seperti gurumuda, ya tidak menjadi masalah jika berbicara dengan siswa dengan bahasanya mereka, bahasa para remaja…
Gunakan bahasa yang sederhana…
Tujuan utama dari sebuah komunikasi adalah pembicara dan lawan bicara memahami apa yang dibicarakan. Gunakan bahasa yang sederhana dalam setiap pembelajaran, jangan gunakan bahasa yang “tinggi”… implementasi, analogi, eksistensi dkk sebaiknya ditiadakan… serahkan saja urusan bahasa kepada guru bahasa Indonesia. Tujuan kita di kelas adalah siswa paham materi fisika yang dipelajari… Tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa yang “tinggi” tapi sebaiknya diartikan juga, biar siswa paham… ingat bahwa kita sedang berhadapan dengan siswa SMA yang masih remaja, bukan seorang professor…
Penurunan rumus harus terperinci…
Tahapan penurunan rumus harus dipaparkan secara jelas… setelah A, lanjut ke B.. setelah B lanjut ke C. setelah C, lanjut ke D… dan seterusnya… Jangan setelah C langsung ke F… kalau siswa yang daya tangkapnya cepat bisa langsung paham, tapi siswa yang daya tangkapnya tidak terlalu cepat bisa macet di sini.
Tidak ada bayi yang baru lahir langsung lari…
Proses alamiah ini sebaiknya kita gunakan juga dalam pembelajaran fisika di kelas… berikan contoh soal yang mudah dulu, baru soal yang sulit… jangan belum apa-apa sudah dikasih soal yang sulit. Ini sama saja kita memaksa siswa untuk “lari”… siswa pasti bête abiz… syukur kalau siswa tidak membenci fisika hanya karena kelalaian ini. Seperti bayi tadi, siswa juga perlu melewati proses alamiah itu… berikanlah soal yang mudah dulu… setelah terbiasa dengan soal yang mudah, baru dilanjutkan ke soal yang sulit.. jadi pertahap. Gunakan angka-angka yang mudah, seperti 1, 2, 4. Ganti g = 9,8 m/s2 dengan g = 10 m/s2… para perancang game juga tahu hal ini. Kalau kita maen game, biasanya mulai dari level 1, setelah itu level 2, level 3 dan seterusnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar